"Indonesia saat ini sudah masuk krisis pangan, tapi kadarnya belum parah, tapi sudah krisis, apa mau kita biarkan," kata Koordinator Nasional Untuk Desa Sejahtera Tejo Wahyu Jatmiko di Gedung DPD RI, Senayan, Jakarta, Jumat (27/7/2012).
Dikatakan Tejo, hal ini terlihat dari ketergantungan Indonesia terhadap pangan dari impor.
"Semuanya impor, jagung, kedelai, gandum, gula, dan lainnya. Contoh kedelai yang pasokannya berkurang dari Amerika, dampaknya bagaimana? Sempat hilangkan tempe-tahu di pasaran khususnya di Jakarta," ujar Tejo.
Contoh lagi, rakyat Indonesia sudah sangat biasa mengkonsumsi mie, terutama mie instant, roti, dan bahan-bahan lain yang terbuat dari tepung gandum.
"Padahal 100% kebutuhan gandum Indonesia dipasok dari impor, baik Turki, Australia, Amerika dan lainnya. Bayangkan kalau negara-negara tersebut saat ini menghentikan ekspornya untuk kebutuhan pangan negerinya. Bagaimana? Bahayakan," ungkapnya.
Menurut Tejo hal-hal seperti ini sudah menandakan Indonesia sudah dalam kategori krisis pangan."Betapa tergantungnya bangsa ini terhadap produk impor," ucapnya.
Hal senada diungkapkan Peneliti INDEF Bustanul Arifin yang mengatakan, jika produksi pertanian Indonesia saat ini tidak bisa surplus 5% dari kondisi saat ini, Indonesia dalam bahaya.
"Data 2011, produksi Jagung kita -3,7%, Kedelai -6,2%, Gula -1,8%, beras -1,1%, jika tahun ini tidak ada perubahan radikal, bahkan 5 tahun mendatang, Indonesia dalam keadaan bahaya, krisis pangan sudah di depan mata. Kalau mau selamat produksi kita harus di atas 5%," tandasnya.
sumber :http://finance.detik.com/read/2012/07/27/134638/1976576/4/bahaya-indonesia-sudah-masuk-taraf-krisis-pangan?991104topnews
No comments:
Post a Comment