Di Indonesia saat ini sedang ribut-ribut masalah korupsi pengadaan alat latih mengemudi virtual atau lazim disebut simulator. Seorang petinggi kepolisian pun ditetapkan menjadi tersangka kasus itu. Mungkin ada beberapa nama lagi harus terseret.
Kebutuhan akan alat latih mengemudi saat ini memang tidak bisa dipungkiri mengingat kondisi jalan raya dan teknologi otomotif sering tidak sejalan. Ide membuat alat latih mengemudi virtual sebenarnya telah muncul sejak lama. Sekitar tahun 1950-an, seorang teknisi asal Amerika Serikat bernama Conkling Chedister membuat simulator berjuluk Aetna Roadometer. Bentuk dasarnya tidak jauh berbeda dengan simulator masa kini. Bedanya hanya saat itu lebih berat dan kurang interaktif. Jadi pengguna hanya duduk dan dihadapkan pada sebuah layar menampilkan video keadaan jalan raya. Pada prosesnya, reaksi berkendara mereka harus menyesuaikan rintangan sesuai skenario di dalam tayangan itu, seperti dilansir dari situs www.ohio.com, Selasa (31/7).
Conkling membuat alat latih mengemudi khusus mobil itu lantaran kondisi lalu lintas di Amerika, khususnya Negara Bagian Ohio masih semrawut. Maklum rambu jalan masih terbatas dan ala kadarnya, kadang tidak terlihat secara kasat mata. Bicara penerangan di jalanan lebih miris lagi. Jumlah lampu jalan masih bisa dihitung jari. Pendaran cahayanya pun minim. Hal itu diperparah dengan sikap mengemudi ugal-ugalan. Jadilah jalan raya sebagai neraka kedua.
Oleh sebab itu, Conklin merasa perlu membuat alat itu. Perusahaan Aetna Casualty & Surety dari Kota Hartford, Negara Bagian Connecticutt menyambut niat dia. Tujuannya adalah mendidik para calon pengemudi kendaraan sejak dini agar bertanggung jawab di jalanan. Maka dia melengkapi konsol itu dengan instrumen standar layaknya mobil betulan. Jadilah 36 simulator diproduksi.
Versi awal itu hanya dilengkapi tiga skenario dengan sembilan rintangan, yakni antara lain menghindari objek jatuh, penyeberang jalan ceroboh, dan mendahului mobil lain.
Namun, selain sebagai alat latih, rupanya Roadometer malah menarik minat banyak orang lantaran dianggap sebagai bentuk hiburan model baru. Anak sekolah beramai-ramai menyambangi beberapa tempat di mana simulator ini dioperasikan. Tetapi mereka pun akhirnya sadar akan sikap bertanggung jawab di jalan raya dan keterampilan mengemudi mereka makin terasah.
sumber :http://www.merdeka.com/dunia/aetna-roadometer-cikal-bakal-simulator-mengemudi.html
No comments:
Post a Comment