"Menang atau kalah itu biasa dalam pertandingan, apalagi setingkat Olimpiade. Yang penting sekarang adalah kita melihat ke depan bagaimana. Apa selama ini ada yang kurang dalam pembinaan atau apa," ujar Liem Swie King.
Pernyataan tersebut dilontarkan Liem Swie King saat berbincang dengan detikSport terkait kekalahan yang diterima Tontowi Yahya/Liliyana Natsir dan Mohammad Ahsan/Bona Septano. Gagalnya dua pasangan tersebut maju ke babak berikutnya membuat Indonesia dipastikan tidak dapat emas dari cabang Olimpiade.
Padahal sejak tahun 1992, yang diawali oleh Susi Susanti dan Alan Budikusuma, lagu Indonesia Raya selalu berkumandang di cabang bulutangkis Olimpiade. Disebut legenda hidup bulutangkis Indonesia itu, ada banyak hal yang harus diperbaiki untuk bisa kembali menjadi negara yang disegani.
"Pasti (ada yang salah). Pembinaan atau dari sistem pembinaannya, talent scouting, kepelatihan, ada banyak yang harus dilihat. Yang kita lihat jangan cuma kekalahan dan prestasi secara umum."
"Saya ras hal-hal itu perlu dilakukan perbaikan, yang penting ke depannya harus introspeksi," lanjut dia.
Kegagalan meraih emas di Olimpiade melanjutkan tren buruk prestasi bulutangkis Indonesia. Saat itu tim Piala Thomas Indonesi gagal masuk semifinal, yang mana menjadi raihan terburuk sepanjang keikutsertaan di kejuaraan tersebut. Nasib serupa diamai tim Piala Uber.
"Tadinya harapan kita ada pada ganda campuran, yang paling mungkin meraih emas. Tapi kenyataannya tadi kalah. Selama 20 tahun kita menjaga tradisi emas, kegagalan ini menurut saya tetap mengejutkan. Tapi kita tak bisa berhenti sampai di sini, harus memikirkan bagaimana ke depannya," tuntas dia di ujung telepon.
sumber :http://sport.detik.com/read/2012/08/03/053245/1982001/1437/banyak-yang-harus-diperbaiki-di-bulutangkis-indonesia?991101mainnews
No comments:
Post a Comment