Lia Trisnawati (10) duduk termenung sambil memegang botol berisi bensin. Kebiasaan aneh minum bensin dan makan tanah itu sudah berlangsung sembilan tahun.
Selama sembilan tahun, Lia Trisnawati, putri bungsu dari suami-istri Halili (55) dan Mariyah (50), memiliki kebiasaan aneh, yakni memakan tanah dan meminum premium atau bensin. Kebiasaan tersebut dilakukan setelah warga Desa Pandan, Kecamatan Galis, Pamekasan, itu mengalami demam disertai kejang-kejang.
Kehidupan Lia—panggilan sehari-hari Lia Trisnawati—tidak sama dengan ketiga saudaranya, Rasidi (30), Zainullah (19), dan Sri Wahyuni (14). Baru setahun, Lia mengalami penyakit kejang-kejang karena demam tinggi. Waktu itu, orangtuanya pernah membawanya ke dokter. Namun, penyakitnya itu tidak kunjung sembuh. Ada kalanya sembuh dan terkadang kambuh lagi.
Menurut Halili, saat memasuki usia dua tahun, kehidupan Lia mulai ada kelainan. "Ia sering makankeirikil dan menghirup botol bensin," katanya, Selasa (15/1/2013).
Kebiasaan itu terus berlanjut seiring bertambahnya usia Lia. Kedua orangtuanya yang bekerja sebagai petambak garam kurang memperhatikan kehidupan Lia. Semakin lama, Lia tidak hanya memakan kerikil, tetapi juga meminum bensin.
"Kalau makan nasi dan minum air sedikit sekali, bahkan tidak dimakan, hanya dilihat saja. Makanan sehari-harinya tanah sama bensin. Kalau ada orang, botol minuman mineral berisi bensin hanya dihirup. Namun, kalau sudah tidak ada orang, bensinnya dituangkan ke tanah, kemudian tanahnya dimakan layaknya nasi," tutur Halili.
Bahkan, ungkap Halili, dalam sehari saja ia lupa membelikan Lia bensin, anak bungsunya itu akan mengamuk dan memukul-mukul sekujur tubuhnya sambil berteriak minta dibelikan bensin.
"Sehari saja tidak minum bensin, dia akan mengamuk, bahkan sampai melempari kaca rumah tetangga," kata Zainullah, kakak kandung Lia.
Dalam sehari, Lia yang sehari-harinya jarang mandi bisa menghabiskan 1 liter bensin untuk diminum. Ke mana-mana ia tidak pernah lepas dari memegang botol berisi bensin.
Kebiasaan aneh anaknya itu sudah pernah dilarang oleh Halili dan istrinya. Namun, larangan itu justru membuat anaknya semakin marah dan membentur-benturkan kepalanya ke tembok.
Dia mengaku, pengobatan yang dilakukan selama ini hanya sebatas paranormal. Untuk ke dokter, keluarga Halili mengaku tidak punya biaya. "Kata dukun, jika mau sembuh, anak saya harus diberi makan buah-buahan yang tumbuh di dalam tanah. Namun, sudah beberapa kali dicoba, penyakitnya tidak kunjung sembuh," katanya.
Saat ini, di tengah kebingungan mencari cara menyembuhkan Lia, kedua orangtuanya juga kesulitan uang.
Editor :
Farid Assifa
Source: kompas.com
No comments:
Post a Comment